Minggu, 19 April 2009

AMPLOP

S3


Parto bertemu Koruptono mantan kawan sekolahnya yang sering mendapat hukuman karena ketahuan nyontek. Sekarang Koruptono sudah menduduki jabatan tinggi di sebuah instansi pemerintah.


“Hebat sekali kamu bisa menjadi pejabat” kata Parto memuji


“Karena aku telah menyelesaikan S3” Koruptono bangga


“Jadi gelarmu sekarang Dr. Koruptono ?”Parto tak percaya


“Yang kumaksud S3 bukan Doktor tetapi Setor muka, Setor upeti dan Setor suara. Sebagai aparat yang ingin menduduki jabatan tinggi, pertama aku harus pintar mencari muka kepada atasan, kedua harus rajin memberi upeti kepada atasan yang sering kehausan. Terakhir, dengan adanya sistem pemilihan langsung, maka aku harus banyak mencari suara pemilih untuk atasan alias menjadi tim sukses”.



KURANG BERKAS


Sudah seminggu Surat Ijin yang dimohon oleh Parto pada sebuah instansi belum keluar. Tak sabar menunggu, didatanginya instansi tersebut untuk menanyakan berkas permohonannya.


“Permohonan bapak belum dapat diproses karena masih ada berkas yang kurang” kata seorang staf instansi.


Parto yang merasa berkasnya sudah lengkap menjadi bingung “Berkas apa yang belum saya lampirkan ?”.


“Amplop” jawab staf pendek.


AKIBAT MOBIL SEDAN


Umpatan keluar dari mulut Parto ketika sepeda motor yang dikendarai bersama kawannya melewati ruas jalan yang rusak parah. Dengan segala teori yang ia dapat semasa kuliah di teknik Parto menyimpulkan bahwa kerusakan jalan disebabkan oleh beban berat dari truk-truk besar yang melebihi batas muatan.


Tetapi kesimpulan tersebut dibantah oleh kawannya, menurutnnya kerusakan jalan dikarenakan oleh mobil sedan. Untuk membuktikan ucapannya, Partopun diajak oleh kawannya ke jembatan timbang.


“Lihat itu, petugas penimbang meloloskan truk yang melebihi muatan setelah menerima tips dari sopir. Dari tips-tips itu petugas mewujudkan keinginannya untuk memiliki mobil sedan, Jadi kesimpulannya mobil sedan-lah yang merusak jalan”.



LEBIH SUSAH


Surat edaran dari Komisi Pemberantas Korupsi tentang larangan menerima parcel bagi para aparat dan pejabat negara tidak membuat para pejabat menjadi susah atau pengusaha menjadi gembira.


Di tengah eforia politik, keputusan tersebut malah menjadi momen penting bagi pejabat untuk menunjukkan diri bahwa mereka adalah orang bersih dengan cara mendukung surat edaran tersebut. Pernyataan dukungan disebar luaskan melalui media masa agar semua khalayak tahu.


Di pihak lain usaha parcel menjadi mati suri. Tetapi yang lebih susah lagi adalah para pengusaha rekanan pejabat ”Biasanya kami hanya mengeluarkan paling tinggi lima ratus ribu untuk parcel, sekarang tak mungkin uang segitu diserahkan dalam amplop”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar