Minggu, 25 Januari 2009

MANTAN ANGGOTA


Koruptono dikenal oleh kawan-kawannya sesama makelar (perantara) sebagai orang yang piawai menarik calon pembeli. Meskipun belum genap setahun menekuni bidang ini, tetapi Koruptono sudah mampu menjual berbagai macam barang. Hal ini membuat kagum Parto.
“Tak ada barang yang tak bisa dijual oleh Koruptono, dengan kepandaiannya bersilat lidah barang yang rusakpun bisa ia jual” kata Parto kepada rekannya
“Aku sih tak heran, maklum dia mantan anggota”
“Mantan anggota apa ?” tanya Parto ingin tahu
“Anggota dewan”.

BERKAH BENCANA 1
Koruptono tersenyum penuh arti setelah melihat bencana di TV, sebagai politisi yang telah sukses duduk di lembaga wakil rakyat, dia melihat peluang besar yang dapat dimanfaatkannya.
Ia segera menelpon
kepala daerah yang wilayahnya mendapat musibah untuk melakukan negosiasi. Setelah terjadi kesepakatan harga, dari dalam gedung parlemen ia pun lantang menyuarakan pentingnya bantuan dana untuk daerah korban bencana.

BERKAH BENCANA 2
Disebuah cafe hotel bintang lima terlihat beberapa orang parlente sedang berbincang, sementara di meja terhidang banyak porsi menu makanan. Acara ini sengaja digelar oleh Koruptono yang bekerja di departemen yang membidangi keuangan negara. Pembicaraan mereka berkisar tentang pembagian porsi. Bukan porsi makanan di meja, tetapi porsi proyek yang harus disetorkan oleh kepala daerah kepadanya atas persetujuan alokasi dana bencana.

BERKAH BENCANA 3
“ Mengapa papa tersenyum sendiri padahal beberapa wilayah kita mendapat bencana” tanya isteri Koruptono yang menjabat kepala daerah.
“Ah..mama ini seperti nggak tahu saja. Kalau ada bencana berarti ada bantuan proyek dari pemerintah pusat. Bila ada proyek berarti ada tambahan darah ke kantong kita”.


Sabtu, 17 Januari 2009

BIBIT KORUPSI

Setelah puas berdemo tentang pemberantasan korupsi, Koruptono bergegas kembali ke kampus. Hari ini ada jadwal ujian, ia gelisah karena kesibukannya mempersiapkan demo sehingga membuatnya tidak sempat belajar. Hanya satu jalan pintas agar lulus dari ujian yaitu membuat contekan di kertas-kertas kecil. Saking asyiknya, Koruptono tidak tahu bahwa kawan disebelahnya memperhatikan dari tadi.
Kawan : Kamu membuat contekan ya ?
Koruptono : Ah..biasa, hanya membuat catatan-catatan kecil untuk ujian nanti
Kawan : Wah kamu curang
Koruptono : Tak apa, yang penting aku nggak korupsi
Kawan : Tapi nyontek itu kan bibit korupsi
Dengan bersungut, Koruptono ngeloyor pergi.

UPAH DEMO
Koruptono sedang membagikan amplop dan nasi bungkus kepada kelompoknya. Hari ini Koruptono mendapat obyekan berdemo untuk menurunkan kepala daerah. Sambil melahap nasi bungkus, dia memberikan pengumuman kepada kelompoknya.

“Besok pagi kita akan turun berdemo lagi untuk mendukung kepala daerah. Siapkan semua peralatan yang kita miliki. Lantangkan suara, agresifkan gerakan karena upah yang akan kita terima lebih besar daripada hari ini”.

BUKU WAJIB
Parto kesal melihat hasil ulangan anaknya. “Kenapa nilaimu jelek sekali, padahal bapak kan sudah membelikan buku pelajarannya”.
“Pak, saya sudah menjawab semua soal sesuai dengan buku. Tetapi karena penerbit buku pelajaran yang bapak beli lain dengan yang diwajibkan oleh guru, maka jawaban saya jadi salah ”. jawab si anak membela diri.

SUKARELA
Anak Parto terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena tak ada biaya. Sekarang si anak membantu Parto di bengkel tambal ban. Melihat anak Parto yang masih kecil sudah bekerja, seorang pelanggan bertanya pada Parto.
“Anaknya nggak sekolah bang ?”
“ Tidak ada biaya”
“ Lho, sekolah kan gratis”
“Iya memang sekarang ini tidak ada lagi uang SPP seperti dulu. Tetapi hanya sumbangan sukarela yang besarnya sudah ditentukan. Meskipun sifatnya sukarela tetapi kalau tidak bayar ya nggak bisa sekolah”