Kamis, 06 November 2008

BAGI BAGI

Setelah mempelajari berkas tuntutan jaksa, pengacara menyimpulkan bahwa kliennya 99,99 % terbukti melakukan tindak pidana korupsi milyaran rupiah. Masalah ini segera disampaikannnya kepada yang bersangkutan..

”Bapak sepertinya sulit untuk lepas dari jeratan hukum”.
“Lalu apa yang harus saya lakukan agar bebas” tanya sang klien.
“Beri saya lima puluh persen dari nilai korupsi itu. Uang itu akan saya bagi-bagi dan sisanya dua puluh persen untuk saya” jawab pengacara enteng.


KAMBING HITAM
Parto sedang menghadap atasannya. Mereka berdua terlibat pembicaraan yang sangat serius. Parto terlihat hanya bisa menunduk dan manggut-manggut saja.
Tak berapa lama sang atasan meminta ajudannya untuk mempersilahkan masuk tamu yang sudah lama menunggu di luar. Tamu dengan baju seragam warna coklat tua itupun duduk disamping Parto. Seperti petinggi daerah umumnya, atasan Parto bersikap seolah sedang memberi petunjuk.

“ Anak buah saya mau mengakui bahwa semua perbuatannya dalam penggelapan uang kas daerah dilakukan atas kehendaknya sendiri bukan atas perintah saya. Jadi tolong diatur jangan sampai permasalahan melibatkan saya. Bukti-bukti nota dari saya yang pernah diserahkan oleh Parto kepada anda, anggap saja tidak ada. Semua biaya yang anda perlukan, saya yang akan menanggung”.

“Baik pak, kalau sudah ada kambing hitamnya, berkas kasus ini akan segera kami sampaikan ke pengadilan”


TARIF

Akhirnya Koruptono menerima vonis atas pidana korupsi uang negara sebesar lima milyar. Koruptono masih bisa tersenyum lega karena sesungguhnya yang ia korupsi jauh lebih besar dan saat ini tersimpan dengan aman.
Ketika tiba di lapas Koruptono dipersilahkan menunggu di ruang ber AC dan dijamu seperti layaknya seorang tamu.
Setelah ngobrol kesana-kemari Koruptono disodori sebuah map oleh petugas.

“Apa ini” tanya Koruptono tak mengerti
“Ini tarif kamar dan layanan disini, apabila selama disini bapak ingin mendapat semua fasilitas bahkan pengawalan dari gangguan napi lain, maka silahkan pilih tarif yang paling atas. Saya yakin bapak pasti puas. Kalau ingin gratis bisa juga, tetapi bapak bergabung dengan napi yang lain dan kami tak menjamin keselamatan dan keamanan anda”

Merasa uang korupsi yang disimpannya masih banyak, tanpa pikir panjang Koruptono langsung memilih tarif yang paling mahal. Petugas tersenyum puas dan Koruptono akan menjalani hari-harinya dengan damai.


RESEP
Karena sakitnya tak sembuh juga, Parto berobat ke tempat praktek seorang dokter. Setelah memeriksa sana-sini, tanpa memberi komentar apapun dokter memberikan resep obat paten kepada Parto dan mengenakan tarif seratus ribu rupiah.

Lain waktu Parto datang lagi ke dokter yang sama. Namun sebelum dokter menulis resepnya, Parto memohon agar diberikan obat generik karena resep yang lalu harganya selangit dan hampir saja tak terbeli. Dokterpun membuat resep obat generik dan mengenakan tarif seratus lima puluh ribu rupiah.

“Dok, koq tarifnya lebih mahal dari yang kemarin ?” tanya Parto lugu.
”Kalau semua pasien minta obat generik, darimana saya mendapat tambahan lagi” timpal dokter dengan muka masam.

Selasa, 12 Agustus 2008

TUKANG PERAS

Karena tak ada lagi susu yang dapat diperas dari sapinya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Parto pun menjual sapi tersebut kepada Koruptono. Bagi Koruptono transaksasi tersebut sangat menguntungkan, selain mendapatkan sapi perah dengan harga yang sangat murah, juga setiap hari dia bisa menambah menu dengan minum susu.

Seminggu berlalu, Parto tak habis pikir mengapa di tangan Koruptono sapinya masih bisa mengeluar susu. Untuk mengurangi rasa penasarannya, Parto pun bertanya pada salah seorang tetangga Koruptono.


“Apa pekerjaan Pak Korup sehingga begitu lihainya memeras sapi yang sudah tua dan sakit.?”.
”Oh, dia bekerja di kantor kejaksaan.”

BIAYA BONGKAR
Di dalam ruang pemeriksaan sedang terjadi proses tawar menawar antara Koruptono dan petugas.

“Anda akan saya tuntut karena melanggar beberapa pasal dengan tuntutan minimal empat tahun penjara dan denda dua ratus lima puluh juta rupiah” kata petugas dengan gaya intimidasi
“Apakah tidak ada pasal yang lebih ringan Pak ?”Koruptono memohon
“Bisa, tetapi harus ada biaya bongkar pasal” jawab petugas tegas

KEHILANGAN TV
Lebih sebulan sejak melaporkan tentang kehilangan televisinya kepada polisi, Parto belum mengetahui nasib TV satu-satunya tersebut. Meskipun seringkali petugas datang kerumahnya, namun yang ia dapatkan hanya janji yang ujungnya adalah Parto diminta membantu biaya operasional pencarian, dan Parto pun hanya mampu memberi uang seadanya. Hari ini Parto berdandan rapi dan siap memenuhi panggilan polisi yang kabarnya telah menemukan TV nya yang hilang. Sampai di kantor polisi, dia segera dibawa ke tempat penyimpanan barang bukti dan diperlihatkan sebuah TV usang. Dengan tubuh lemas tanpa bisa protes Parto hanya bisa mengeluh.

”Pak, TV yang saya laporkan kan sudah jelas merk dan ukuran nya. Yang ini tentu bukan milik saya karena kecil dan model lama”.
"Kalau mau TV yang seperti kamu inginkan biayanya lebih mahal.” kata petugas tak mau kalah.

KEHILANGAN KAMBING
Semalam Parto kehilangan seekor kambing. Pagi-pagi ia berangkat ke kantor polisi. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan tetangganya.
Tetangga : Mau kemana Parto ?
Parto : Ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan kambing
Tetangga : Apakah kamu punya sapi ?
Parto : Milikku satu-satunya hanya kambing yang hilang itu
Tetangga : Kalau begitu pulanglah



Sabtu, 19 Juli 2008

DOA KORUPTOR

Disebuah tempat ibadah terlihat seorang berpakain necis sedang khusuk berdoa. “Ya Tuhan, berikanlah kepadaku harta yang melimpah, rumah mewah, jabatan yang tinggi dan semua kesenangan dunia lainnya. Jangan kuatir Tuhan, apabila permohonkanku ini Engkau kabulkan, maka 10 % nya akan kuberikan pada-Mu.”


MEMIMPIN DOA

Setelah melalui serangkaian sambutan dalam sebuah acara perayaan, tibalah saat untuk pembacaan doa. Koruptono tampil kedepan untuk membacakan doa dan para hadirin pun siap untuk meng-amin-i.
“Ya Tuhan berikan keselamatan padaku, limpahkan harta yang banyak padaku, makmurkanlah aku ……..dan seterusnya” .
Hampir seperempat jam doa dibacakan isi doa hanya untuk kepentingan Koruptono sendiri. Para undangan mulai resah, hingga sesaat kemudian salah seorang hadirin datang menghampiri Koruptono dan memasukan amplop kedalam saku jasnya. Mengerti akan maksud tersebut, undangan yang lainpun mengikutinya. Parto yang tidak memiliki amplop terpaksa hanya terdiam ditempat.

Doa pun berlanjut dengan semakin berapi-api.
“Tuhanku berikan harta yang melimpah kepada kami, makmurkanlah kami, selamatkan kami semua kecuali Parto.”


MASIH LEBIH BAIK

Koruptono sedang sibuk dengan kalkulatornya.. Hasil korupsi yang selama ini dikumpulkannya tersisa lima milyar setelah dikurangi biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam upaya meloloskan diri dari jeratan hukum. Tetapi masih ada ganjalan di hati bahwa perbuatannya adalah dosa yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.

Setelah berpikir beberapakali akhirnya diambilnya uang enam ratus juta untuk diamalkan. Melihat hal tersebut istri Koruptono protes. “Mengapa kamu hamburkan uang yang sudah susah payah kita dapatkan.
” Dengan senyum kemenangan Koruptono pun menjawabnya. “Ma, kamu kan pernah mendengar ceramah agama di radio bahwa apabila orang berbuat kejahatan maka akan diganjar sesuai kejahatannya dan apabila berbuat kebaikan maka akan dilipat gandakan sepuluh kali. Aku telah berbuat jahat dengan mengkorupsi uang negara sebesar lima milyar, lalu kuamalkan enam ratus juta. Jadi kalau dihitung aku masih mempunyai sisa ganjaran kebaikan satu milyar.”