MEMIMPIN DOA
Setelah melalui serangkaian sambutan dalam sebuah acara perayaan, tibalah saat untuk pembacaan doa. Koruptono tampil kedepan untuk membacakan doa dan para hadirin pun siap untuk meng-amin-i.
“Ya Tuhan berikan keselamatan padaku, limpahkan harta yang banyak padaku, makmurkanlah aku ……..dan seterusnya” .
Hampir seperempat jam doa dibacakan isi doa hanya untuk kepentingan Koruptono sendiri.
Doa pun berlanjut dengan semakin berapi-api.
“Tuhanku berikan harta yang melimpah kepada kami, makmurkanlah kami, selamatkan kami semua kecuali Parto.”
MASIH LEBIH BAIK
Koruptono sedang sibuk dengan kalkulatornya.. Hasil korupsi yang selama ini dikumpulkannya tersisa lima milyar setelah dikurangi biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam upaya meloloskan diri dari jeratan hukum. Tetapi masih ada ganjalan di hati bahwa perbuatannya adalah dosa yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.
Setelah berpikir beberapakali akhirnya diambilnya uang enam ratus juta untuk diamalkan. Melihat hal tersebut istri Koruptono protes. “Mengapa kamu hamburkan uang yang sudah susah payah kita dapatkan.
” Dengan senyum kemenangan Koruptono pun menjawabnya. “Ma, kamu kan pernah mendengar ceramah agama di radio bahwa apabila orang berbuat kejahatan maka akan diganjar sesuai kejahatannya dan apabila berbuat kebaikan maka akan dilipat gandakan sepuluh kali. Aku telah berbuat jahat dengan mengkorupsi uang negara sebesar lima milyar, lalu kuamalkan enam ratus juta. Jadi kalau dihitung aku masih mempunyai sisa ganjaran kebaikan satu milyar.”